Kenapa Allah s.w.t. Menjadikan Nabi s.a.w. Sebagai Contoh untuk Manusia? ( #MaulidulRasul Bag. 1 )

Apa Hikmah Nabi Muhammad s.a.w. dijadikan contoh oleh Allah s.w.t untuk sekalian manusia?

Kalau ada orang yang memelihara ayam, lalu ayamnya dilatih untuk bisa berkicau seperti burung kenari, orang sekitarnya pasti akan bilang kalau ia orang gila. Pun kalau ada orang yang punya kucing, lalu diperintah agar bisa mengaung seperti singa, berarti orang itu tidak waras. Sama juga gilanya, jika ada instruktur gajah mengajari gajah bagaimana caranya memanjat pohon sepintar monyet.

Itu dia kenapa Allah s.w.t. menjadikan Nabi s.a.w. manusia; agar bisa diikuti oleh manusia! Manusia, ya memang mengikuti manusia. Bukan malaikat, bukan juga dewa. Ini sejalan dengan firman Allah s.w.t. dalam surat al-Isra ayat 95; "kalau saja di bumi itu yang hidup adalah malaikat, niscaya Allah turunkan satu malaikat sebagai Rasul bagi mereka".

 Maksudnya, agar mudah mengikuti siapa yang memang harus diikuti. Artinya memang tidak ada celah lagi bagi mereka yang menolak mengikuti Nabi s.a.w.; karena Nabi s.a.w. sama manusianya.

 Walau demikian, Nabi s.a.w. manusia yang tidak seperti manusia lainnya. Ulama menyebutnya dengan istilah "Basyarun Laa kal-Basyar", manusia memang tapi tidak seperti manusia biasa. Beliau s.a.w. punya keistimewaan yang mana itu menjadi ciri juga sebagai mu'jizat yang membuktikan kenabiannya.

Contohnya; dalam riwayat Imam Muslim dan juga al-Bukhari bahwa Nabi s.a.w. memang tidur, akan tetapi tidur hanya matanya saja. Hatinya tetap terjaga berdzikir. Berbeda dengan manusia biasa yang tidurnya total dan optimal dengan makna yang sebenarnya.

Nabi s.a.w. dalam banyak riwayat termasuk riwayat Imam Muslim, keringatnya itu wangi. Dan memang dijadikan wewangian bagi para sahabat yang lain. Bahkan –masih dalam riwayat Imam Muslim- salah seorang sahabat juga bertabarruk (mengambil berkah) dari air cucian baju Nabi s.a.w. sebagai penawar penyakit. Beliau s.a.w. juga pernah mengobati salah seorang sahabatnya dengan air bekas wudhunya, lalu diusapkan ke kepala sahabat yang sakit tersebut.

Dalam riwayat Imam al-Tirmidzi, disebutkan bahwa Nabi s.a.w. itu cahaya, karenanya tidak pernah sahabat siapapun itu yang melihat bayangan Nabi s.a.w., baik siang yang terpantul sinar mtahari. Atau juga malam karena pantulan sinar bulan. Tidak ada. Nabi s.a.w. tidak punya bayangan, karena memang beliau adalah cahaya itu sendiri.

Nabi s.a.w memang manusia, tapi bukan seperti manusia biasa. Sama seperti batu yang jadi mata cincin, sama-sama batu dengan batu koral juga batu bata, tapi batu cincin punya kualitas.

Pada intinya, Nabi s.a.w. –dengan segala kelebihannya- adalah manusia, dan kita diperintah untuk mengikuti manusia, bukan malaikat. Nabi s.a.w. bernafsu, sama seperti kita. Nabi s.a.w. bisa senang, begitu juga marah, sama seperti kita. Artinya kita bisa mengikuti Nabi s.a.w..

Karenanya, sejak diutus, Nabi s.a.w. selalu mengajari kita untuk menjadi manusia dalam segala hal, termasuk dalam ibadah. Pasti kita ingat, dalam shahih al-Bukhari diceritakan tentang 3 orang yang ber-tabattul, datang kepada Nabi s.a.w. lalu yang pertama mengatakan: "Rasul! Saya sepanjang malam, shalat dan beribadah tidak pernah tidur." Yang kedua juga mengatakan: "Rasul! Saya puasa sepanjang masa, tidak pernah berbuka!". Yan ketiga juga bilang: "Rasul! Saya membujang dan tidak akan pernah menikah!".

Mendengar itu Rasul s.a.w. menjawab: "aku adalah orang yang paling takwa, tapi aku juga tidur kalau malam, tidak melulu shalat. Aku juga puasa, tapi juga berbuka. Tidak setiap hari puasa. Aku juga menikah. Dan siapa yang menolak sunnahku, ia bukan dari golongan ku.!".

Bersambung .... 

Comments

Popular posts from this blog

Buku Panduan Belajar Imla' Gratis

Jangan Terlena Dengan Hadits "Seseorang Akan Dikumpulkan Bersama Orang Yang Ia Cintai"

Ketika Nenek Menyusui Cucunya