Apa Yang Harus Dicontoh dari Nabi s.a.w.? ( #MaulidulRasul Bag. 3 )

Nabi s.a.w. pribadi yang komplit layak dicontoh, dan Nabi s.a.w. yang manusia, tentunya bisa untuk kita contoh (lihat postingan hari sebelumnya). Lalu apa yang harus kita contoh dari Nabi s.a.w di zaman kekinian?

 

Pertama dan yang paling utama, tentu ibadahnya. Karena memang orang yang paling taqwa dan paling dekat kepada Allah s.w.t. dari kalangan manusia ya Nabi Muhammad s.a.w., tidak ada lagi! Jadi tidak ada lagi contoh paling nyata untuk menjadikan diri dekat kepada Allah s.w.t. kecuali ya mengikuti Nabi kita ini.

 

Kalau ada orang yang bersih hatinya, itu Nabi. Kalau ada yang paling ikhlas niatnya, pasti Nabi. Kalau ada orang yang sudah diampuni dosanya, itu juga Nabi. Kalau ada orang yang sudah dipastikan masuk surga, itu pasti Nabi s.a.w., walalu demikian Nabi s.a.w. dalam sehari tidak pernah beristighfar (meminta ampun) kepada Allah s.w.t. kurang dari 70 kali. Dalam riwayat lain, tidak pernah kurang dari 100 kali.

 

Dosanya sudah diampuni, dipastikan masuk surga, dicintai khaliq, beliau yang memimpin para ahli surga, dan beliau yang membuka pintu surga. Tapi walau demikian, beliau kalau shalat malam, kakinya sampai bengkak. Padahal sudah pasti diampuni dan masuk surga, kok masih segitunya ibadah!?

 

Nabi s.a.w. ingin mengajarkan kita untuk tidak bergantung kepada siapapun, tapi hanya kepada Allah s.w.t.. Nabi juga ingin bilang kepada kita bahwa "Kita perlu Allah!". Siapapun kita, apapun kedudukan kita, sebesar apapun pangkat kita, sebanyak apa kebaikan yang sudah kita perbuat, seberapa banyak kekayaan kita, kita tetap butuh Allah s.w.t. Jangan gantungkan nasib, dan kehidupan ini kecuali hanya kepada Allah s.w.t.

 

Nabi pasti masuk surga, tapi kalau ibadah, total dan optimal. Kita bagaimana?

 

Karenanya, dalam shahih al-bukhari dari sahabat Jabir bin Abdullah, beliau –dengan kalimat perintah- menginstruksikan kepada kita untuk shalat 2 rokaat jika memang ada hajat yang diminta atau kegelisahan yang menimpa. Walaupun secara kebiasaan, kita punya segala sesuatu untuk menangani itu.

 

Karena semuanya tidak mungkin tidak, pasti semua dibawah kontrol Allah s.w.t. maka sebagai orang yang mengaku cinta dan patuh kepada Nabi s.a.w., siapa yang kita minta ketika punya hajat? Ketika ditimpa kegalauan, siapa yang kita ingat? Dan ketika mendapat rezeki, siapa yang kita angkat?

Comments

Popular posts from this blog

Buku Panduan Belajar Imla' Gratis

Jangan Terlena Dengan Hadits "Seseorang Akan Dikumpulkan Bersama Orang Yang Ia Cintai"

Ketika Nenek Menyusui Cucunya